Senin, 08 Februari 2010

LEJITKAN BERKAH RAMADHAN !

Melejitkan Berkah Ramadlan Dengan Jihad
Ramadhan Bulan Istimewa

Puasa, adalah ciri khas yang terutama di bulan Ramadlan, sebab itulah perintah khusus dari Allah di bulan ini. Meskipun dalam keadaan lapar dan haus karena puasa bukan berarti Ramadlan adalah bulan lemes dan malas. Memang ada yang membuat hadis sendiri, “Tidurnya orang puasa adalah ibadah”[1]. Kalaupun ungkapan itu hadis maka hadisnya tidak shahih.
span class="fullpost">

Meskipun dalam keadaan lapar dan dahaga, seorang muslim tidak boleh malas di tengah puasanya. Ia harus aktif melakukan berbagai ketaatan kepada Allah dan kebaikan kepada sesama manusia. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun mendorongnya demikian. Karena banyaknya amal kebaikan yang didorongkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sampai beliau membuat sebuah perumpamaan, Pada bulan Ramadlan seluruh pintu dibuka dan saluruh pintu nereka dikunci rapat-rapat, serta syetan diborgol tangan dan kakinya.

Makna dari hadis tersebut, bahwa di dalam bulan Ramadlan Rasulullah telah menggelar berbagai ketaatan dan kebaikan, serta menekan semaksimal mungkin faktor-faktor yang memicu terjadinya kejahatan. Selanjutnya, setelah memahami karakter Ramadlan seperti ini maka hendaklah setiap muslim berjuang mengalahkan keinginan-keinginan pribadinya. Dengan kata lain seorang yang berpuasa haruslah berjuang untuk meraih sukses di bulan Ramadlan.

Puasa seorang muslim haruslah diikuti dengan memperbanyak amal ibadah, dan menekan berbagai keinginan yang tidak senafas dengan syari’ah. Tanpa melakukan penaklukan terhadap hawa nafsu, puasa yang dilakukan menjadi tidak bernilai, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan dan perbuatan dusta, maka Allah tidak butuh darinya untuk meninggalkan makanan dan minumannya”.(HR al-Bukhari)

Ramadhan dan Jihad

Usaha untuk mengendalikan hawa nafsu termasuk ke dalam salah satu bentuk jihad fi sabilillah. Firman Allah,

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar- benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (al-Ankabut:69)

Jihad yang disyari’atkan oleh Allah dan RasulNya memiliki beberapa tingkat dan macam. Jihad yang tertinggi, terberat dan terbesar adalah berhadapan dengan musuh umat Islam di medan laga. Firman Allah;

فَلَا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَجَاهِدْهُمْ بِهِ جِهَادًا كَبِيرًا

Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al Quran dengan jihad yang besar. (al-Furqan:52)

Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda;

أَمَّا رَأْسُ الأَمْرِ فَالإِسْلاَمُ فَمَنْ أَسْلَمَ سَلِمَ وَأَمَّا عَمُودُهُ فَالصَّلاَةُ وَأَمَّا ذُرْوَةُ سَنَامِهِ فَالْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ
Adapun Pokok persoalannya adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad fi sabilllah (HR Ahmad)

Berbagai macam jihad, dari jihad nafs, jihad amar ma’ruf nahi munkar, hingga jihad kuffar dengan senjata semuanya telah disunnahkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam di bulan Ramadlan ini. Dengan demikian, secara umum, bulan ini bisa dinamakan juga dengan bulan jihad.

Kesalahan Umat Islam
Di abad ke 15 hijriyah ini, bulan Ramadlan dianggap sebagai bulan suci. Anggapan itu muncul karena di bulan ini dilakukan berbagai ritual ibadah. Karena itulah kemudian sebagian kaum muslimin menganggap di bulan ini tidak selayaknya terjadi kekerasan dan pertumpahan darah. Sebab jika terjadi pertumpahan darah, maka orang tidak akan bisa merasa khusyu’ dalam menunaikan berbagai ibadah.

Penilaian seperti ini tampak dari berbagai pernyataan para tokoh yang cukup terpandang, baik di negeri ini maupun di negeri seberang. Di negeri ini, pernah terjadi insiden Monas di tahun 2008 dan bertepatan pada bulan Ramadlan, kemudian di situs milik Gus Dur muncul statemen, “Lebih ironis lagi, kekerasan yang terjadi pada pukul 17.00 WIB ini berlangsung dalam suasana Ramadlan yang dianggap umat Islam sebagai bulan suci yang harus dihormati”.

Sementara itu, di negeri seberang juga berkembang anggapan serupa. Di antara pernyataan yang menandai berkembangnya pemahaman demikian mengalir dari seorang presiden, yakni Presiden Somalia dukungan Amerika, Syaikh Sharif Ahmed. Karena semakin gencarnya serbuan Syabab Mujahidin dan membuat tentara Somalia dan juga tentara Uni Afrika kalang kabut, lalu Syaikh Ahmad meminta para pejuang melepaskan senjata untuk menghormati bulan suci tersebut

Ada lagi penyimpangan di kalangan kaum muslimin yang sudah mengetahui bahwa bulan ramadlan adalah bulan Jihad. Mereka menarik pengertian jihad dari jihadul kuffar dan menfokuskannya pada jihad hawa nafsu. Untuk mengesahkan pendapat mereka itu, mereka bawakan hadis…

رَجَعْنَا مِنَ الْجِهَادِ اْلأَصْغَرِ إِلَى الْجِهَادِ اْلأَكْبَرِ قَالُوْا وَمَا الْجِهَادِ اْلأَكْبَرِ ؟ قَالَ جِهَادُ النَّفْسِ

Kita kembali dari jihad kecil menuju jihad besar, lalu para shahabat bertanya, apakah jihad akbar (besar) itu? Belau menjawab, “Jihad hawa nafsu”

Hadis ini bukanlah hadis yang shahih. Ibnu Hajar di dalam kitab Tasdid al-Qus menyebutkan bahwa kalimat ini adalah kata-kata Ibrahim bin Abi ‘Ublah ketika berada di rumah an-Nasa’i. Karena hadis ini dla’if, maka tidak bisa menjadi pegangan.Bahkan hadis palsu ini bertentangan dengan ayat 52 surat al-Furqan.

Bahkan jika kita menelisik sejarah kehidupan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan para salafusshaleh, Ramadlan ternyata merupakan bulan untuk berjihad. Fakta sejarah menunjukkan bahwa beberapa peperangan dilakukan pada bulan ini. Bahkan peperangan itu adalah perang-perang yang sangat penting dalam sejarah Islam. Di antara perang-perang yang dilaksanakan pada bulan Ramadlan adalah;

PERANG BADAR KUBRA
Perang badar kubra merupakan perang yang paling penting dalam sejarah Islam. Kalau dilihat dari jumlah pasukan memang tidak seberapa, hanya 1000 orang dari pihak musyrikin dan 300 orang dari pihak kaum muslimin. Namun dilihat dari perannya memiliki nilai yang amat strategis.

Al-Qur’an menyebut perang Badar Kubra ini dengan perang pembeda (yaumul Furqan). Yaitu pembeda antara al-haq dan bathil, al-Haq ada di pihak Islam dan al-bathil ada di pihak musyrikin Quraisy.

Pada hari tersebut rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam memanjatkan doa, menengadahkan tangannya kelangit, dengan sepenuh hati beliau berdoa kepada Allah hingga selendang beliau terlepas dari kedua pundak beliau, beliau mengucapkan;

اللَّهُمَّ إِنَّ هَذِهِ قُرَيْشٌ قَدْ جَاءَتْ بِخَيْلِهَا وَخُيَلاَئِهَا تَرْجُوْ نَبِيَّكَ، اللَّهُمَّ أَنْجِزْ وَعْدَكَ فِي قُرَيْشٍ، اللَّهُمَّ إْنْ تَهْلِكْ هَذِهِ الْعِصَابَةُ فَلَنْ تُعْبَدَ فِي اْلأَرْضِ أَبَدًا

Ya Allah, orang Quraisy telah datang dengan pasukan mereka dan juga dengan kesombongan mereka. Mereka berharap bisa menghabisi nabiMu, Ya Allah penuhilah janjiMu terhadap Quraisy. Ya Allah, jika kelompok ini kalah maka Engkau tidak akan disembah di muka bumi ini selamanya

Doa tulus yang dipanjatkan oleh manusia terbaik, Rasulullah dan diiringi dengan usaha keras yang ikhlas dari para shahabat baik Muhajirin maupun Anshar, menyebabkan turunnya pertolongan Allah dan datanglah kemenangan kemenangan yang besar, sebagaimana firman-Nya;

قَدْ كَانَ لَكُمْ آَيَةٌ فِي فِئَتَيْنِ الْتَقَتَا فِئَةٌ تُقَاتِلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَأُخْرَى كَافِرَةٌ يَرَوْنَهُمْ مِثْلَيْهِمْ رَأْيَ الْعَيْنِ وَاللَّهُ يُؤَيِّدُ بِنَصْرِهِ مَنْ يَشَاءُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَعِبْرَةً لِأُولِي الْأَبْصَارِ

Sesungguhnya Telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang Telah bertemu (bertempur). segolongan berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati. (Ali Imran:13)

وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ بِبَدْرٍ وَأَنْتُمْ أَذِلَّةٌ فَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, Padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya.” (QS. Ali Imran: 123)

FATHU MAKKAH
Fathu Makkah termasuk peristiwa kedua yang paling penting dalam perjalanan hidup Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Kota ini memiliki peran yang sangat strategis di jazirah Arab, yaitu sebagai tempat untuk menunaikan ibadah haji dan umrah, juga sebagai pusat pertemuan manusia dari seluruh penjuru dunia.

Dakwah Islam tidak akan bisa berkembang ke seluruh penjuru dunia, bahkan jazirah Arab pun tidak akan mungkin, tanpa menguasai kota Makkah ini. Sementara itu para penyembah berhala masih menguasainya selama delapan tahun sejak hijrahnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam ke Madinah. Kekuasaan ini tentunya akan menghambat akses Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan kaum muslimin untuk berda’wah. Sementara kaum Quraisy adalah sandungan utama dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Berbagai pertempuran antara kaum Muslimin dengan penduduk kota Makkah yang terlah terjadi berulang kali. Kemenangan pun silih berganti. Tetapi dengan berakhirnya perang Ahzab, dimana kaum Quraisy telah mengerahkan pasukan terbanyaknya, melibatkan 10.000 tentara, tetapi tidak sangup menghancurkan pasukan kaum muslimin, menjadikan posisi Islam semakin diperhitungkan.

Quraisy benar-benar memperhitungkan kekuatan kaum muslimin, hingga ketika beliau hendak memasuki kota Makkah untuk melakukan ibadah haji, meskipun tanpa membawa senjata, kaum Quraisy tidak berani berbuat lebih. Akhirnya mereka membuat perjajian dengan kaum muslimin yang disebut dengan perjanjian Hudaibiyyah.

Ketika kaum Quraisy mengkhianati perjanjian itu, maka segera rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyusun kekuatan untuk menaklukkan Makkah. Saat itu beliau berdo’a kepada Allah

اللَّهُمَّ خُذِ الْعُيُوْنَ وَاْلأَخْبَارَ عَنْ قُرَيْشٍ حَتَّى نَبْغَتَهَا فِي دَارِهَا

Ya Allah ambillah pandangan dan berita dari orang Quraisy, sehingga kami bisa menyergap mereka di dalam negeri mereka

Benarlah janji Allah, kaum Quraisy tidak menyadari pergerakan rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan pasukannya. Mereka baru mengetahui gerakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam setelah kota Makkah dikepung dengan puluhan ribu pasukan. Maka pasukan kaum muslimin pun berhasil memasuki kota Makkah tanpa perlawanan sama sekali. Dan Fathu Makkah merupakan awal mula hilangnya keterasingan islam, islam menjadi mulia di pertengahan semenanjung arab dan runtuhlah kekuasaan penyembah berhala.”

PERANG MU’TAH
Pada tahun kedelapan Hijriah, Rasulullah saw. mengirimkan pasukannya ke wilayah Syam. Beliau menunjuk Zaid bin Haritsah sebagai komandan pasukan yang membawahi 3.000 prajurit khusus, tanpa memobilisasi kaum muslimin Madinah. Saat itu Rasulullah saw. berpesan, "Jika Zaid gugur, yang menggantikan posisinya sebagai komandan pasukan adalah Ja‘far bin Abu Thalib. Jika Ja‘far bin Abu Thalib gugur, yang menggantikan posisinya sebagai komandan pasukan adalah Abdullah bin Rawahah."

Pasukan kaum Muslim berjalan hingga di Mu’an, kawasan Syam. Di sana mereka mendapatkan informasi bahwa pasukan Hiraklius telah tiba di Ma’ab, dengan membawa 200.000 tentara. Mendengar informasi tersebut kaum muslim sedikit terpengaruh. Namun, Abdullah bin Rawahah memberikan support kepada mereka seraya berkata, "Wahai kaum Muslim, demi Allah, sesuatu yang kalian takuti sebenarnya adalah perkara yang kalian cari selama ini, yaitu mati syahid. Kita tidak memerangi musuh atas dasar jumlah yang besar dan kekuatan yang besar, tetapi atas dasar agama Islam ini, dengan itu Allah memuliakan kita. Berangkatlah kalian, niscaya kalian akan mendapatkan salah satu dari dua kebaikan, kemenangan atau mati syahid."

Setelah melalui pertempuran yang sengit, Zaid bin Haritsah gugur terkena lemparan tombak musuh. Bendera diambil-alih oleh Ja‘far bin Abu Thalib. Peperangan pun semakin sengit Ja’far terus menyerang musuh hingga gugur.

Meskipun Abdullah bin Rawahah semula memotifasi kaum muslimin untuk tetap maju perang, awalnya diapun ragu-ragu. Tetapi kemudian ia berkata, "Wahai diriku, aku bersumpah, engkau harus terjun ke medan perang. Engkau harus terjun ke medan perang, atau aku yang akan memaksamu terjun….Wahai diriku, apabila engkau tidak terbunuh, maka engkau tetap akan mati. Itulah kendali kematian yang telah mengenaimu. Apa yang engkau idam-idamkan telah diberikan kepadamu. Apabila engkau menjalankan perbuatan dua orang (maksudnya Zaid bin Haritsah dan Ja‘far bin Abu Thalib), maka engkau memperoleh petunjuk." Kemudian Abdullah bin Rawahah terjun ke medan perang hingga gugur sebagai syahid.

Setelah Abdullah bin Rawahah gugur, kaum Muslim kemudian mengangkat Khalid bin Walid sebagai komandan perang. Ia melanjutkan peperangan melawan musuh hingga menjelang malam. Pada malam harinya kaum Muslim berunding dengan Khalid bin Walid dan memutuskan untuk mengalahkan musuh dengan menggunakan siasat guna. Khalid memerintahkan beberapa kelompok prajurit kaum Muslim pada pagi harinya agar berjalan dari arah kejauhan menuju medan perang dengan menarik pelepah-pelepah pohon sehingga dari kejauhan terlihat seperti pasukan bantuan yang datang dengan membuat debu-debu beterbangan. Pasukan musuh yang menyaksikan peristiwa tersebut mengira bahwa pasukan kaum Muslim benar-benar mendapatkan bala bantuan. Mereka berpikir, berperang dengan 3.000 orang saja kewalahan, apalagi jika datang pasukan bala bantuan. Karena itu, pasukan musuh akhirnya meundur dari medan perang.

Mundurnya pasukan Romawi membuat paukan kaum muslimin lega. Yang mengagumkan, dalam pertempuran yang sangat dahsyat, hanya 12 orang yang syahid. Sementara dari pihak Romawi berpuluh-puluh orang tewas.

PERANG TABUK
Perang tabuk adalah peperangan terakhir yang dipimpin oleh Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam. Peperangan ini dipicu oleh rencana raja Romawi untuk menyerang Madinah, sebagai balas dendam atas kekalahannya di perang Mu’tah. Munculnya berita ini menunjukkan bahwa kaum muslimin tidak saja disegani oleh penduduk Jazirah Arab, tetapi juga ditakuti oleh negara adi daya Romawi.

Mendengar berita itu, Rasulullah segera memobilisasi kaum muslimin untuk menghadapi pasukan Romawi. Di tengah musim panas yang ekstrim, dengan kondisi perjalanan yang sangat berat, Rasulullah berhasil mengumpulkan pasukan dengan kekuatan sebesar 30.000 orang. Saat itu seluruh penduduk Madinah yang tidak ada udzur berangkat berjihad, kecuali tiga orang, yaitu Ka’b bin Malik, Murarah bin Rabi’ dan Hilal bin Mu’awiyah.

Ketika Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam berangkat menuju Tabuk, Raja Romawi telah mendengarnya. Mengetahui besarnya jumlah pasukan yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam, ia teringat kekalahannya di Mu’tah. Jika 200 ribu dapat dikalahkan oleh 3000 orang, maka berapakah jumlah pasukan yang sanggup mengalahkan 30.000 orang? Karena itulah raja Romawi memilih untuk membatalkan rencana penyerangan terhadap kaum muslimin. Meskipun demikian Rasulullah tetap melanjutkan perjalanan hingga di Tabuk. Di sana beliau tinggal selama 20 hari dan membuat perjanjian dengan beberapa penguasa lokal.

Seusai perang Tabuk, Allah menurunkan wahyu kepada kaum muslimin yang berisi peringatan agar kaum muslimin tidak merasa berat untuk memenuhi seruan jihad. Firman Allah, ”Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? padahal kenikmatan hidup di dunia Ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit. Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (at-Taubah:38-39)

PERANG QADISIYYAH
Tahun ke 15 Hijriyah adalah tahun penaklukan bagi umat Islam, khususnya pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab. Saat itu Umat Islam menghadapi dua peperangan besar dalam waktu yang hampir bersamaan, yaitu perang Yarmuk dan Perang Qadisiyyah. Namun peperangan yang terjadi di bulan Ramadlan adalah perang Qadisiyyah.
Perang Qadisiyah ini melibatkan 3000 pasukan kaum muslimin yang dipimpin oleh Sa'ad bin Abi Waqqash. Pada saat itu pasukan kaum muslimin berhadapan dengan pasukan penyembah api yang berjumlah 4 kali lipat. Pasukan musuh saat itu dipimpin oleh seorang panglima kenamaan, Rustum Farrokhzad.

Pada pertempuran ini Sa'ad sendiri tidak bisa memimpin pasukannya secara langsung karena sakit bisul yang parah.Tetapi dia tetap memonitor jalannya pertempuran. Pada mulanya pasukan kaum muslimin kalang kabut menghadapi pasukan Persia yang sangat banyak dan berkendaraan gajah. Problem paling serius yang dihadapi adalah kesulitan menghalau gajah-gajah itu.

Tetapi pada hari berikutnya, kaum muslimin menggunakan taktik yang cerdik untuk menakut-nakuti gajah Persia yaitu dengan memberi kostum pada kuda-kuda perang. Terlebih lagi dengan datangnya tambahan pasukan yang telah berhasil memenangkan perang Yarmuk. Taktik ini menuai sukses sehingga gajah-gajah Persia ketakutan. Bahkan setelah kekalahan pasukan gajah ini, datanglah pertolongan Allah subhanahu wata’ala. dengan terjadinya badai pasir yang mengarah ke pasukan Persia sehingga melemahkan barisan mereka. Kesempatan emas ini segera dimanfaatkan untuk menggempur pasukan Persia, bahkan panglima mereka Rustum tertangkap lalu dipenggal lehernya.

Setelah pertempuran ini, pasukan muslim terus mendesak masuk dengan cepat sampai ke ibukota Persia, Mada'in. Tunduknya Mada’in menandai hancurnya kekaisaran Persia dan menjadikannya sebagai daerah muslim sampai dengan saat ini.

Khatimah

Dari perjalanan sejarah tersebut tampak dengan jelas dan nyata bahwa berkah Allah diturunkan kepada hambaNya di bulan Ramadlan, dan dengan usaha yang benar. Setiap usaha akan mendapatkan berkah, dan semakin keras dan sungguh-sungguh maka keberkahan yang diturunkan oleh Allah akan semakin besar. Jika di bulan yang penuh dengan berkah ini diisi dengan jihad nafs, maka keberkahan dari Allah akan turun dengan memberikan ketenangan di dalam hati. Dan jika di bulan yang penuh berkah ini diisi dengan jihadul kuffar, maka Allah akan menurunkan berkah yang lebih besar lagi, berupa tamkin bagi ummat ini.

Firman Allah,

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

”Dan Allah Telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana dia Telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang Telah diridhai-Nya untuk mereka, dan dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik. (an-Nur:55)

________________________________________
[1] Ada hadis yang semakna dengan ungkapan tersebut, diriwayatkan dari Abu Aufa oleh al-Baihaqi di dalam Syu’abul Iman, dan dari Ibnu Mas’ud oleh Abu Nu’aim di dalam Hilyatul-‘Auliya’ dengan lafal

نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ ، وَصَمْتُهُ تَسْبِيْحٌ ، وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ ، وَعَمَلُهُ مُضَاعَفٌ

Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah, diamnya adalah tasbih, dan do’anya dikabulkan, dan amalnya dilipat gandakan

Hadis ini dla’if, sebagaimana dikatakan oleh Syaikh nashiruddin al-Albani di dalam adl-Dla’ifah nomor 4696

[muslimdaily.net/abu nurul izzah] Selengkapnya...

Rabu, 27 Januari 2010

JANJI SEBELUM SEGALA JANJI

Oleh: Imtihan Syafi'i
” Mitsaq yang diambil oleh Allah Ta’ala dari Adam dan keturunannya adalah benar adanya.”
Mitsaq berarti janji. Makna matan ini, Allah Ta’ala telah mengambil janji dari seluruh manusia dan mempersaksikan kepada mereka, bahwa Dia adalah Rabb alam semesta. Landasan matan yang menerangkan tentang mitsaq ini adalah firman Allah,



“(Ingatlah) ketika Rabb-mu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari punggung (sulbi) mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), ‘Bukankah aku ini Rabb-mu?’ Mereka menjawab, ‘Benar, (Engkau adalah Rabb kami). Kami menjadi saksi.’ (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, ‘Sesungguhnya kami (anak-cucu Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Allah); atau agar kamu tidak mengatakan, ‘Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Allah sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka, apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?’.” (QS. Al-A’raf: 172-173)
Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas RDL bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya mengenai ayat ini. Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah mengambil janji dari punggung Adam as (saat dia berada) di Na’man—dekat Arafah. Dari sulbi-nya Allah mengeluarkan semua keturunannya dan menebarkan mereka di hadapan-Nya, kemudian Dia berbicara kepada mereka. Allah berfirman, ‘Bukankah aku ini Rabb-mu?’ Mereka menjawab, ‘Benar, (Engkau adalah Rabb kami). Kami menjadi saksi.’

Penciptaan Ruh
Berdasarkan ayat di atas, sebagian ulama menyatakan bahwa ruh diciptakan lebih dahulu daripada jasad. Allah telah menciptakan semua ruh anak-cucu Adam, yakni ruh yang Allah keluarkan dari punggungnya pada hari persaksian itu. Jika Allah berkehendak untuk menciptakan seseorang, Dia memerintahkan malaikat yang bertugas mengurus ruh, lalu ruh pun ditiupkan pada janin manusia yang berusia 120 hari di kandungan.
Menurut sebagian ulama yang lain, ayat tersebut tidak harus dipahami seperti itu. Bagi Allah yang Mahakuasa, mudah saja mengeluarkan mereka dari punggung Nabi Adam lalu mengembalikannya. Kemudian, ketika janin manusia berumur 120 hari dalam kandungan, Allah menciptakan ruhnya dan ditiupkanlah ruh itu kepadanya. Yang seperti itu bukan perkara yang sulit bagi Allah.
Apa pun, kita wajib mengimani bagian yang disepakati oleh para ulama—pada bagian yang diperselisihkan, kita diperbolehkan memilih salah satu pendapat yang menurut kita dalilnya lebih kuat—bahwa Allah telah mengambil janji kepada kita semua dan mempersaksikan bahwa Dia adalah Rabb kita. Bahwa kita telah mengucapkan, “Balaa syahidnaa.”

Dalil Fitrah
Berdasarkan ayat di atas pula—dan dalil-dalil yang lain—para ulama menyatakan bahwa semua manusia dilahirkan di atas fitrah, di atas pengakuan terhadap tauhid Rububiyah, bahwa Allah adalah Khaliq (Pencipta), Malik (Pemilik), dan Mudabbir (Pengatur) mereka. Rasulullah SAW bersabda,
“Tidak ada seorang pun yang dilahirkan, melainkan ia dilahirkan di atas fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (H.R. Muslim)
Karena itulah sejatinya tidak ada udzur dan hujjah bagi orang yang mengingkari Rububiyah Allah dan beribadah kepada selain-Nya di dunia, lalu pada hari Kiamat kelak dia mengatakan, “Kami telah lalai dari hal itu.” Atau mengatakan, “Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Allah sejak dahulu, sedangkan kami ini adalah anak-anak keturunan yang datang sesudah mereka, hanya mengikuti mereka.”
Sejatinya dalil fitrah itu cukup. Ada ulama mengatakan, jika ada bayi yang ditinggal di hutan belantara atau di dalam gua sebatang kara sehingga dia besar di tempat itu, niscaya dia akan meyakini Rububiyah Allah. Sebab tidak ada yang menyimpangkannya dari fitrahnya.
Meskipun demikian, Allah tidak mencukupkan dalil fitrah ini sebagai alasan untuk meminta manusia bertanggung jawab atas semua amal perbuatan dan ucapan mereka. Mereka baru dimintai pertanggungjawaban atas semua itu setelah sampainya hujjah/risalah kepada mereka. Allah berfirman,
“(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan supaya tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu.” (QS. An-Nisa`: 165)
“Maka sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat yang telah diutus rasul-rasul kepada mereka dan sesungguhnya Kami akan menanyai (pula) rasul-rasul (Kami).” (al-A’raf: 6)
Alangkah luas kasih sayang Allah kepada kita!

Testimoni Muallaf
Ketika kita berdakwah atau menyeru seorang Yahudi, Nasrani, Majusi, atau yang lain untuk berislam, sesungguhnya kita sedang menyeru mereka kepada sesuatu yang sudah terpahat dalam jiwanya. Kita menyerunya untuk kembali kepada fitrahnya.
Banyak di antara para muallaf itu yang memberikan kesaksian bahwa agama yang selama ini mereka anut, mereka rasakan sebagai agama yang batil dan dipenuhi keragu-raguan. Setelah berislam, barulah mereka merasakan ketentraman batin.
Ada juga di antara tokoh agamawan non-muslim yang sebelum memeluk Islam sudah yakin bahwa agama yang selama ini mereka anut bukanlah agama Allah. Begitu dia mengenal dan mempelajari Islam, dia pun yakin bahwa Islam adalah agama yang benar dan al-Qur`an itu datang dari Pencipta langit, bumi, dan segala yang ada di antara keduanya.
Demikianlah, tidak ada perubahan dalam fitrah Allah. Dan itu adalah dien Allah yang lurus. Hanyasaja kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Salah Paham Ahli Kalam
Orang-orang yang mendalami filsafat dan ilmu kalam seringkali membuat kesimpulan yang berbeda dengan kesimpulan yang dihasilkan oleh para ulama ahlussunnah wal jamaah. Salah satu perbedaan itu menyangkut masalah fitrah.
Para ulama Ahlussunnah meyakini bahwa semua manusia dilahirkan di atas fitrah, sehingga apabila seorang anak muslim hidup di tengah-tengah keluarga muslim yang bersungguh-sungguh dalam menjaga fitrahnya, maka statusnya tetap muslim—telah muslim—ketika dia mencapai akil balig. Sedangkan menurut ulama kalam, masalah agama itu adalah masalah taklid. Maknanya, seorang anak yang dibesarkan dalam lingkungan islami, saat dia mencapai akil balig, dia tidak serta mesta menjadi seorang muslim. Dia harus mengikrarkan dua kalimat syahadat, sehingga dengan itu dia mendapatkan statusnya sebagai seorang muslim.
Sesungguhnya ini adalah kesimpulan yang keliru. Apatah lagi, sudah jamak diketahui bahwa sebelum balig sekalipun, jika seorang anak berbuat baik -mengerjakan shalat, berbakti kepada kedua orang tua, atau berkata jujur, misalnya-maka kebaikannya akan dicatat sebagai amal shalihnya; namun jika dia berbuat dosa -meninggalkan shalat, durhaka kepada kedua orang tua, atau berkata bohong, misalnya – maka pena pencatat amal buruk masih belum berlaku baginya. Sekali lagi, alangkah luas kasih sayang Allah kepada kita!
Wallahu a’lam.

Selengkapnya...

Jumat, 13 November 2009

Musibah & Bala Bencana Adalah Teguran Dari Allah

Ditulis oleh: Abu Jibriel

Dari berbagai rangkaian musibah, ujian dan bala bencana yang menimpa manusia, khususnya negeri ini, adalah karena perbuatan maksiat dan dosa mereka kepada Allah Swt dan RasulNya dalam merespon dakwah para Nabi dan Rasul-rasul Allah Swt. Selain itu mereka juga mendustakan ayat-ayat Allah, mengkufuri nikmat-nikmatNya dan menukarkan kenikmatan itu dengan kekafiran, serta para penguasa dan pembesar-pembesarnya menukar hukum Allah dengan hukum jahiliyah dan kecenderungan masyarakat memilih serta mengikuti tradisi nenek moyang dengan ajaran sesatnya yang bertolak belakang dari hidayah dan Sunnah Rasulullah Saw.

Al Qur’an menjelaskan, membenarkan hal tersebut, Allah Swt berfirman:

“Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman.” (QS. Al Qhashash, 28 : 59)

FirmanNya lagi:
“Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Hud : 117)

FirmanNya lagi:

“Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.” (QS. An Nisaa : 147)

FirmanNya lagi:

“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (QS. Al Isra, 17 : 16)

FirmanNya lagi:

“Tak ada suatu negeripun (yang durhaka penduduknya), melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras. yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Lauh Mahfuzh).” (QS. Al Isra, 17 : 58)

FirmanNya lagi:

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kamu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar dari dosa-dosamu.” (QS. As Syura, 42 : 30)

FirmanNya lagi:

“Dan Allah Telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; Karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” (QS. An-Nahl, 16 : 112)

FirmanNya lagi:

“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan? Yaitu neraka Jahannam; mereka masuk kedalamnya; dan Itulah seburuk-buruk tempat kediaman.” (QS. Ibrahim, 14 : 28-29)

FirmanNya lagi:
“Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan dimuka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat yang diderita oleh orang-orang yang sebelum mereka? Orang-orang itu lebih kuat dri merka,mereka telah mengolah bumi dan memakmurkannya lebih banyak dari apa yang mereka makmurkan.Dan telah datang kepada mereka Rasul-rasul mereka dengan membawa keterangan dan bukti-bukti yang nyata.Maka Allah sekali-kali berlaku dzalim kepada mereka ,tetapi merekalah yang berlaku dzalim terhadap dir mereka.Kemudian akibat orang-orang yang melakukan kedurhakaan dan kejahatan adalah azab siksa yang lebih buruk, karena mereka mendustakan ayat-ayat Allah dan mereka selalu memperolok-olok.” (QS. Rum, 30 : 9-10).

Dan firmanNya lagi:

“(ingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata: “Mereka itu (orang-orang mukmin) ditipu oleh agamanya”. (Allah berfirman): “Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, Maka Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. Kalau kamu melihat ketika Para Malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata): “Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar”, (tentulah kamu akan merasa ngeri), demikian itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-Nya, (keadaan mereka) serupa dengan keadaan Fir’aun dan pengikut-pengikutnya serta orang-orang yang sebelumnya. Mereka mengingkari ayat-ayat Allah, maka Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosanya. Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi amat keras siksaan-Nya, (siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan meubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri [Allah tidak mencabut nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada sesuatu kaum, selama kaum itu tetap taat dan bersyukur kepada Allah.], dan sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui, (keadaan mereka) serupa dengan keadaan Fir’aun dan pengikut-pengikutnya serta orang-orang yang sebelumnya. Mereka mendustakan ayat-ayat Tuhannya, maka Kami membinasakan mereka disebabkan dosa-dosanya dan Kami tenggelamkan Fir’aun dan pengikut-pengikutnya; dan kesemuanya adalah orang-orang yang zalim. Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman.” (QS. Al An fal, 8 : 49-55)

Demikianlah diantara ayat-ayat Allah yang menerangkan sebab-sebab datangnya musibah dan bala bencana.

Rasulullah Saw juga menerangkan akan sebab-sebab musibah dalam haditsnya:

Berkata Ummu Salamah, istri Rasulullah Saw, aku mendengar Rasulullah Saw bersabda:

“Jika timbul maksiat pada ummatku, maka Allah akan menyebarkan azab-siksa kepada mereka.” Aku berkata : Wahai Rasulullah, apakah pada waktu itu tidak ada orang-orang shalih? Beliau menjawab: “ada!”. Aku berkata lagi: Apa yang akan Allah perbuat kepada mereka? Beliau menjawab: “Allah akan menimpakan kepada mereka azab sebagaimana yang ditimpakan kepada orang-orang yang berbuat maksiat, kemudian mereka akan mendapatkan keampunan dan keredhaan dari dari Rabbnya.” (HR. Imam Ahmad)

Lima Sebab Datangnya Azab dan Siksa Allah

Rasulullah Saw bersabda:

“Bagaimana kalian apabila terjadi lima perkara, dan aku berlindung kepada Allah mudah-mudahan lima perkara itu tidak terjadi pada kamu atau kamu tidak menjumpainya, yaitu,

Tidaklah perbuatan zina itu tampak pada suatu kaum, dikerjakan secara terang-terangan, melainkan tampak dalam mereka penyakit ta’un dan kelaparan yang tidak pernah dijumpai oleh nenek moyang dahulu. Dan tidaklah kaum itu menahan zakat, melainkan mereka ditahan oleh Allah turunnya hujan dari langit, andai kata tidak ada binatang ternak tentu mereka tidak akan dihujani. Dan tidaklah kaum itu mengurangi takaran dan timbangan, melainkan mereka disiksa oleh Allah dengan kesengsaraan bertahun-tahun dan sulitnya kebutuhan hidup dan nyelewengnya penguasa. Dan tidaklah pemimpin-pemimpin mereka itu menghukumi dengan selain kitab yang diturunkan oleh Allah, melainkan mereka akan dikuasai oleh musuh yang merampas sebagian kekuasaan mereka. Dan tidaklah mereka itu menyia-nyiakan kitab Allah dan sunnah Nabi-Nya, melainkan Allah menjadikan bahaya di antara mereka sendiri.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

Lima Belas Perkara Mendatangkan Musibah & Bala Bencana

Dari Ali bin Abi Thalib Ra berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Apabila umatku telah melakukan lima belas perkara, maka halal baginya (layaklah) ditimpakan kepada mereka bencana.” Ditanyakan, apakah lima belas perkara itu wahai Rasulullah?

Rasulullah Saw bersabda: “Apabila… Harta rampasan perang (maghnam) dianggap sebagai milik pribadi, Amanah (barang amanah) dijadikan sebagai harta rampasan, Zakat dianggap sebagai cukai (denda), Suami menjadi budak istrinya (sampai dia), Mendurhakai ibunya, Mengutamakan sahabatnya (sampai dia), Berbuat zalim kepada ayahnya, Terjadi kebisingan (suara kuat) dan keributan di dalam masjid (yang bertentangan dengan syari’ah), Orang-orang hina, rendah, dan bejat moralnya menjadi pemimpin umat (masyarakat), Seseorang dihormati karena semata-mata takut dengan kejahatannya, Minuman keras (khamar) tersebar merata dan menjadi kebiasaan, Laki-laki telah memakai pakaian sutera, Penyanyi dan penari wanita bermunculan dan dianjurkan, Alat-alat musik merajalela dan menjadi kebanggaan atau kesukaan, Generasi akhir umat ini mencela dan mencerca generasi pendahulunya; Apabila telah berlaku perkara-perkara tersebut, maka tunggulah datangnya malapetaka berupa; taufan merah (kebakaran), tenggelamnya bumi dan apa yang diatasnya ke dalam bumi (gempa bumi dan tananh longsor), dan perubahan-perubahan atau penjelmaan-penjelmaan dari satu bentuk kepada bentuk yang lain.” (HR. Tirmidzi, 2136)

Itulah perkara-perkara yang menyebabkan suatu negeri mengalami kekacauan, kehancuran, kesempitan, kemelaratan, perseteruan, dan perpecahan satu sama lainnya, antara rakyat dengan rakyat dan rakyat dengan penguasa. Korupsi dan ketidakadilan merajalela, segala macam penyakit bermunculan menimpa manusia, yang benar-benar menyulitkan dan membinasakan kehidupan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan.

Oleh sebab itulah, Rasulullah Saw berdoa agar sahabat-sahabatnya tidak menjumpai keadaan yang demikian dahsyat dan terpuruknya. Dari semua perkara yang menyebabkan datangnya siksa dan azab itu. Insya Allah akan berakhir jika manusia dan kaum Muslimin khususnya kembali kepada Allah dan Rasul Nya, berpegang teguh kepada Dinullah (Islam yang sebenar-benarnya, menurut Al Qur’an dan As Sunnah) mengikut petunjuk Rasulnya.

Sebagai penutup, renungkanlah firman Allah Swt berikut serbagai introfeksi kita semua:

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri Beriman dan Bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al A’raf, 7: 96)

Selengkapnya...

Kamis, 06 Agustus 2009

20 Cara Membahagiakan Istri

Rumahku Surgaku. Itulah harapan sebuah pernikahan. Memang, tidak mudah untuk mewujudkan harapan tersebut, bisa-bisa rumahku menjadi nerakaku. Dibutuhkan kerjasama yang harmonis diantara suami dan istri ketika mengarungi bahtera pernikahan. Selain itu, dibutuhkan pemahaman mengenai cara memelihara pernikahan agar tetap harmonis dan tahan terhadap badai ujian. Berikut penjelasan praktis dan padat karya Syekh Umar Bakri Muhammad "Nasihat Indah Untuk Suami Istri" yang diterbitkan oleh Cakrawala Publishing.

Rasulullah SAW bersabda :
“ Yang terbaik di antara kalian adalah yang paling baik (perlakuannya) terhadap istri-istrinya dan aku adalah yang terbaik di antara kalian terhadap istri-istriku.”
Rasullullah SAW juga bersabda :
“ Tidak ada yang memuliakan wanita dengan sejati kecuali laki-laki yang pemurah (dermawan) dan tak seorangpun yang menghina mereka (wanita) kecuali laki-laki yang kasar.”
Tugas-tugas seorang suami kepada istrinya :
1.Hendaklah Anda selalu memperlihatkanlah wajah yang menyenangkan ketika masuk ke rumah, ucapkan salam Islam “assalaamu’alaikum” dengan senyuman yang manis, raih tangannya dan peluklah istri Anda dengan mesra.
2.Ketika berbicara, untaikan kalimat yang manis serta memikat istri Anda. Usahakan istri Anda merasa benar-benar diperhatikan dan menjadikannya wanita paling khusus untuk Anda. Untaian kalimat yang disampaikan kepadanya hendaknya jelas (ulangi jika perlu) dan panggillah istri Anda dengan sebutan yang dia sukai seperti ; manisku, sayangku, cintaku dan lain sebagainya.
3.Meskipun Anda mempunyai beban kerja yang banyak, luangkanlah waktu untuk beramah tamah dan bercengkerama dengan istri Anda. Hal ini juga dilakukan oleh Rasulullah SAW dimana beliau juga beramah tamah dan menghabiskan waktu bersama para istri beliau, meskipun pada saat itu beliau juga penuh dengan pekerjaan serta beban tanggung jawab yang sangat besar.
4.Mainkanlah suatu permainan ataupun selingan yang menggembirakan bersama istri Anda. Hal ini dinyatakan dalam suatu hadist bahwa Rasullah SAW bersabda :
“ Semua hal yang di dalamnya tidak menyebut nama Allah SWT, adalah suatu kesia-siaan, kecuali dalam empat hal : seorang laki-laki yang sedang bermain dengan istrinya, melatih kuda, membidik di antara dua sasaran, serta mengajarkan berenang.”
5.Membantu pekerjaan sehari-hari rumah tangga. Usahakan Anda membantu dan menolong istri Anda dengan tugas-tugas keseharian rumah tangga Anda, seperti membeli makanan, mempersiapkan makanan, membersihkan serta mengatur rumah, dan lain sebagainya. Hal-hal seperti ini akan membawa kebahagiaan tersendiri pada diri istri Anda dan tentu saja akan semakin memperkuat cinta Anda dan hubungan Anda bersama sang Istri.
6.Usahakan musyawarah selalu menghiasi rumah tangga Anda. Bermusyawarahlah dengan istri Anda, dalam setiap permasalahan. Pendapat yang di sampaikan Ummu Salamah kepada Rasulullah SAW pada saat perjanjian Hudaibiyyah adalah suatu kejadian yang sangat terkenal. Hal ini merupakan cara yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW untuk bermusyawarah dengan para istri dan para sahabat beliau.
7.Ketika Istri Anda sedang berkunjung ke tempat saudaranya, teman-temannya, serta orang-orang saleh, maka temanilah istri Anda.
8.Tata cara melakukan perjalanan dan meninggalkan istri di rumah. Jika Anda tidak bisa membawa serta istri Anda dalam perjalanan, maka ucapkanlah selamat tinggal dengan penuh rasa sayang, bekalilah istri Anda dengan persediaan kebutuhan sehari-hari dan uang secukupnya, mintalah istri Anda untuk mendo’akan Anda, sering-seringlah untuk menghubungi istri Anda. Jangan lupa untuk meminta pertolongan kepada orang yang Anda percayai untuk menjaga keluarga Anda selama Anda bepergian. Persingkat perjalanan Anda jika dirasa sudah tidak penting lagi dan pulanglah dengan membawa oleh-oleh. Hindari untuk pulang pada malam hari atau pada saat-saat yang tidak diharapkan.
9.Dukungan keuangan. Tumbuhkanlah sikap dermawan pada diri Anda (tidak pelit) dalam urusan pengeluaran rumah tangga Anda, tentunya harus sesuai dengan kemampuan keuangan Anda. Dukungan keuangan yang baik (tidak boros tentunya) akan sangat berguna untuk memelihara kestabilan perkawinan Anda.
10.Buatlah diri Anda agar selalu berbau harum dan perindah penampilan Anda . Allah SWT itu indah dan Dia menyukai keindahan. Maka selalu bersihlah Anda, rapi, dan pakailah parfum. Ibnu Abbas r.a. berkata :
“ saya menyukai keindahan diri saya sendiri untuk istri saya, seperti halnya saya menyukai keindahan istri saya untuk saya.”
11.Tentang hubungan seksual. Merupakan tugas dari suami untuk mencukupi kebutuhan serta hasrat seksual sang istri. Bisa jadi sekali waktu istri Anda sedang berada dalam masa yang sangat prima berkenaan dengan kesehatan fisik dan psikologisnya.
12.Penuh perhatian. Seorang suami muslim harus sangat perhatian dan penuh perasaan terhadap istrinya. Istri Anda pasti mengalami dan melewati bermacam-macam perubahan baik secara fisik dan psikologis. Pada saat-saat seperti itu, istri Anda sangat memerlukan suatu perlakuan yang mesra dan penuh perhatian, agar istri Anda bisa menghapus kesusahan dan kesedihan yang sedang dialaminya, serta menenangkan perasaannya yang mudah tersentuh.
13.Jagalah kerahasiaan perkawinan Anda. Diriwayatkan dalam sebuah hadist oleh Abu Sa’id Al-Khudry bahwa Rasulullah SAW bersabda :
“ Sungguh di antara orang yang paling buruk di hadapan Allah SWT pada saat hari kebangkitan adalah laki-laki yang mendatangi istrinya untuk melakukan hubungan badan, dan dia membeberkan rahasia itu (tentang hubungan badan) kepada yang lain.”
14.Bekerja sama dalam melakukan ibadah kepada Allah SWT, sholat berjama’ah dan selalu tingkatkan aktifitas Anda dalam beribadah kepada Allah SWT, seperti bersedekah, dzikir (mengingat Allah SWT), dan sholat pada malam hari (qiyamul lail). Rasulullah SAW bersabda :
“ Semoga rahmat Allah SWT dilimpahkan kepada laki-laki yang bangun pada malam hari dan membangunkan istrinya untuk sholat bersamanya, dan jika dia menolak maka percikkan air ke wajahnya”.
15.Selalu menunjukkan rasa hormat kepada keluarga dan teman istri Anda.
16.Usahakan untuk mendidik istri Anda tentang islam dan berilah istri Anda nasehat-nasehat.
17.Cemburu yang sewajarnya.
18.Bersabar dan berlaku lembutlah kepada istri Anda. Kendalikan amarah Anda dan buatlah sang istri untuk menghilangkan keragu-raguannya terhadap Anda, dan nasehatilah dia ketika melakukan suatu kesalahan.
19.Jadilah pema’af dan tegurlah istri Anda dengan cara yang baik dan sampaikan pada saat yang benar-benar tepat.
20.Jadilah seorang suami muslim yang sejati, dan terapkan semua yang pernah dibaca dan dipahami tentang Islam, dengan arif dan bijaksana.

dikutip dari: Almuhajirun

Selengkapnya...

Senin, 04 Mei 2009

KISAH IBRAHIM DAN SARAH DENGAN RAJA YANG LALIM

DR. Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar
Pengantar
Kisah ini menjelaskan bagaimana Allah menjaga Sarah, isteri Ibrahim, ketika seorang thaghut(musuh Allah) hendak menodai kesuciannya dan merampas kehormatannya. Ibrahim berlindung kepada Allah, berdoa, dan shalat kepada-Nya, dan Sarah berdoa memohon perlindungan Allah. Maka Allah menjadikan si fajir(pelaku maksiat) tidak berdaya dan menggagalkan makarnya (berupa siksaan) di lehernya. Allah menjaga Ibrahim dan isterinya dan Allah mampu untuk menjaga wali-wali-Nya dan membelenggu musuh-musuh-Nya di setiap waktu dan generasi.
Teks Hadis


Bukhari meriwayatkan dalam Shahihnya dari Abu Hurairah yang berkata, Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam bersabda, "Ibrahim berhijrah bersama Sarah. Keduanya masuk ke sebuah desa yang terdapat seorang raja atau seorang yang sombong. Dikatakan kepadanya, 'Ibrahim datang bersama seorang wanita yang sangat cantik.' Maka dia bertanya kepada Ibrahim, 'Wahai Ibrahim, siapa wanita yang bersamamu?' Ibrahim menjawab, 'Saudara perempuanku.' Kemudian Ibrahim kembali kepada Sarah dan berkata, 'Jangan mendustakan ucapanku, aku telah mengatakan kepada mereka kalau kamu adalah saudaraku. Demi Allah, di bumi ini tidak ada orang yang beriman selain diriku dan dirimu.' Maka Ibrahim mengirim Sarah kepadanya. Dia bangkit kepada Sarah. Sarah bangkit berwudlu dan shalat. Sarah berkata, 'Ya Allah, jika aku beriman kepada-Mu dan kepada Rasul-Mu, dan menjaga kehormatanku kecuali kepada suamiku, maka janganlah Engkau membiarkan orang kafir menguasaiku.' Maka nafas raja sombong itu menyempit dan dia hampir tercekik sampai dia memukulkan kakinya ke bumi."
Al-A'raj berkata bahwa Abu Salamah bin Abdur Rahman berkata di mana Abu Hurairah berkata tentang Sarah yang berkata, "Ya Allah, jika orang ini mati, maka mereka menuduhku membunuhnya.” Maka dia terbebas, kemudian dia bangkit lagi kepada Sarah. Sarah berwudlu dan shalat. Sarah berkata, “Ya Allah, jika aku beriman kepada-Mu dan kepada rasul-Mu, dan menjaga kehormatanku kecuali kepada suamiku maka janganlah Engkau membiarkan orang kafir menguasaiku.” Maka nafasnya menyempit dan dia hampir tercekik sampai dia memukulkan kakinya ke bumi.
Abu Salamah berkata bahwa Abu Hurairah berkata, "Maka Sarah berkata, 'Ya Allah, jika orang ini mati, maka mereka menuduhku pembunuhnya.' Maka dia terbebas untuk kedua kalinya atau ketiga kalinya. Kemudian dia berkata, 'Demi Allah, kalian tidak mengirimkan kepadaku kecuali setan. Pulangkan dia kepada Ibrahim dan berilah dia Ajar (maksudnya adalah Hajar, ibu Ismail). Sarah pun pulang kepada Ibrahim. Sarah berkata, 'Apakah kamu merasa bahwa Allah telah menghinakan orang kafir dan memberi seorang hamba sahaya."'
Dalam riwayat lain dalam Shahih Bukhari dari Abu Hurairah berkata, "Ibrahim tidak berdusta kecuali tiga kali. Dua di antaranya karena Allah, yaitu ucapan Ibrahim, 'Sesungguhnya aku sakit.' (Ash-Shaffat: 89); dan ucapan Ibrahim, 'Sebenarnya patung besar itulah pelakunya.'" (Al-Anbiya: 63). Abu Hurairah melanjutkan, "Suatu hari ketika Ibrahim dan Sarah berjalan keduanya melewati seorang penguasa lalim. Dikatakan kepadanya, 'Di sini ada seorang laki-laki bersama seorang wanita cantik.' Maka Ibrahim ditanya tentangnya, 'Siapa wanita itu?' Ibrahim menjawab, 'Saudara perempuanku.' Lalu Ibrahim mendatangi Sarah dan berkata kepadanya, 'Wahai Sarah di muka bumi ini tidak ada orang mukmin selain diriku dan dirimu. Orang itu bertanya kepadaku tentang dirimu, dan aku katakan kepadanya, bahwa kamu adalah saudaraku. Maka jangan mendustakanku.' Lalu Ibrahim mengutus Sarah kepadanya. Ketika Sarah masuk kepadanya, dia menjulurkan tangannya hendak menjamahnya. Tapi dia tercekik dan berkata, 'Berdoalah kepada Allah untukku, aku tidak mencelakaimu.' Lalu Sarah berdoa kepada Allah, maka dia pun terbebas. Kemudian ketika dia hendak menjamahnya untuk kedua kalinya, dia tercekik seperti semula atau lebih keras. Dia berkata, 'Berdoalah kepada Allah dan aku tidak mencelakaimu.' Maka Sarah berdoa dan dia terbebas. Lalu dia memanggil pengawalnya dan berkata, 'Kalian tidak membawa manusia kepadaku. Kalian membawa setan kemari.' Dia memberinya Hajar sebagai pelayannya. Sarah pun pulang kepada Ibrahim yang sedang shalat, maka Ibrahim memberi isyarat dengan tangannya, 'Bagaimana keadaanmu?' Sarah menjawab, 'Allah menggagalkan makar orang kafir atau orang fajir (berupa siksaan) di lehernya dan memberiku Hajar.'"
Abu Hurairah berkata, "Itulah ibu kalian, wahai Bani Ma'is Sama' (air langit)."
Takhrij Hadis
Riwayat pertama diriwayatkan oleh Bukhari dalam Shahihnya dalam Kitabul Buyu', bab membeli hamba sahaya dari kafir harbi, menghibahkannya dan memerdekakannya, 4/410 no. 2217. Riwayat kedua di Kitabul Anbiya, bab firman Allah "Dan Allah mengangkat Ibrahim sebagai khalil." (An-Nisaa: 125), no. 3358.
Bukhari juga meriwayatkannya di beberapa tempat dalam Shahih-nya di antaranya dalam Kitabul Ikrah, bab jika seorang wanita dipaksa berzina, 12/321, no. 6950, dalam Kitabun Nikah, bab mengangkat hamba sahaya kemudian menikahinya, 9/126, no. 5085, dalam Kitab Thalaq, keterangan tentang bab tanpa sanad, 9/387, dalam Kitab Hibah, bab dia jika berkata, aku memberimu pelayan hamba sahaya ini, no. 2635. Diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya dalam Kitabul Fadhail, bab keutamaan-keutamaan ibrahim, 4/184, no, 2371, dengan syarah Nawawi, 15/509.
Penjelasan Hadis
Ibrahim pergi dari negerinya bersama isterinya setelah kaumnya melemparkannya ke dalam api dan Allah menyelematkannya darinya. Ibrahim sampai di negeri yang jauh. Di sana, ia tidak memiliki pendukung. Dalam kondisi seperti ini orang-orang zalim lagi lalim berhasrat untuk menerkam orang seperti Ibrahim. Ibrahim menghadapi masalah ini manakala ia singgah di negeri dengan seorang raja yang sombong lagi serakah. Raja mendengar kedatangan Ibrahim di negerinya dengan seorang wanita cantik yang tergolong paling cantik di dunia.
Salah satu kebiasaan mereka jika menginginkan seorang wanita adalah dengan menyiksa suaminya, jika wanita tersebut bersuami. Tetapi jika wanita itu lajang, maka mereka tidak akan mengganggu kerabatnya. Oleh karena itu, Ibrahim berkata kepada utusan raja tersebut ketika dia bertanya tentang Sarah, bahwa dia adalah saudara perempuannya. Ibrahim mengirim isterinya kepada laki-laki bejat itu seperti yang dia minta, karena ia percaya dengan penjagaan dan Allah Subhanahu wa Ta'ala setelah mewasiatkan kepadanya agar tidak membocorkan hubungan sebenarnya antara dia dengan isterinya. Ibrahim juga menjelaskan pandangannya dalam hal ini kepada isterinya, bahwa dia adalah saudara perempuannya dalam agama, karena di muka bumi tidak terdapat orang yagn beriman selain keduanya.
Walaupun maksud Ibrahim dari pernyataannya bahwa Sarah adalah saudara perempuannya, yakni saudara dalam iman dan Islam, dia tetap menolak untuk memberi syafaat pada hari kiamat ketika orang-orang meminta kepadanya untuk bersedia menjadi perantara kepada Tuhan mereka agar Dia memutuskan urusan mereka. Ibrahim beralasan bahwa dirinya telah berdusta sebanyak tiga kali, yaitu ucapan, "Sesungguhnya aku sakit." (Ash-Shaffat: 89), ketika mereka mengajaknya berpartisipasi dalam hari raya mereka yang syirik dan batil. Yang kedua adalah ucapannya, "Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya." (Al-Anbiya: 63), ketika dia menghancurkan berhala dan membiarkan patung terbesar dengan mengalungkan kapak di lehernya, dan dia menyatakan bahwa patung besar inilah penghancur patung-patung kecil. Dan yang ketiga adalah ucapan Ibrahim dalam kisah ini kepada raja zalim tersebut, bahwa Sarah adalah saudara perempuannya demi melindungi diri dari ancaman siksa raja lalim tersebut.
Ibrahim mengirim istrinya kepada raja zalim itu, dan dia bersegera melakukan shalat untuk berdoa kepada Allah dan berlindung kepada-Nya. Allah telah menjaga Sarah, isteri Ibrahim, untuk Ibrahim, sebagaimana Dia menjaga diri Sarah. Begitu Sarah tiba dan orang lalim itu hendak menyentuhnya, dia tercekik dengan keras sampai dia menjejakkan kakinya ke tanah setelah Sarah berdoa kepada Tuhannya memohon agar menghalangi makar dan kejahatan raja lalim tersebut. Akan tetapi, Sarah juga takut jika orang ini mati, maka mereka menuduhnya sebagai pembunuh sebagaimana ucapannya, "Ya Allah, jika orang ini mati, maka mereka menuduhku membunuhnya." Allah membebaskan laki-laki itu setelah Dia minta kepada Sarah agar berdoa untuknya dan dia berjanji tidak akan mengulangi perbuatan buruknya.
Manakala dia terbebas, dia mengingkari janjinya. Nafsunya telah menguasai dirinya, hingga dia kembali bangkit kepada Sarah. Dia tercekik lagi bahkan lebih keras dari yang pertama. Dia kembali mengiba kepada Sarah agar berdoa kepada Allah supaya dia terbebas dan berjanji tidak akan mengganggunya. Maka Sarah mengulangi ucapannya seperti di dalam doanya, "Ya Allah, jika dia mati maka aku pasti dituduh membunuhnya."
Setelah dua atau tiga kali dia memanggil pengawalnya dan menyuruh mereka memulangkan Sarah kepada Ibrahim dalam keadaan utuh dan beruntung. Dia mengetahui bahwa Sarah terjaga dan bahwa si lalim itu tidak mampu untuk menjamahnya. Sarah pulang kepada suaminya dengan diiringi oleh Hajar sebagai hadiah dari raja lalim tersebut. Hajar adalah ibu Ismail, Sarah menghadiahkannya kepada Ibrahim dan dia menikahinya.
Dalam sebuah hadits dalam Mustadrak Al-Hakim dan Musykilil Atsar At-Thahawi, bahwa Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam bersabda, "Jika kalian menaklukkan Mesir, maka hendaknya kalian saling menasehatkan agar berbuat baik kepada orang-orang Qibti, karena mereka mempunyai hubungan perjanjian dan rahim." (Silsilah Ahadits Shahihah, Nasiruddin Al-Albani, 3/362).
Dalam Shahih Muslim tertulis, "Sesungguhnya kalian akan menaklukkan kota Mesir. Ia adalah bumi yang diberi nama Qirath. Jika kalian menaklukkannya, maka berbuat baiklah kepada penduduknya, karena mereka memiliki hak dan hubungan rahim" atau beliau bersabda, "hak dan hubungan pernikahan." (Muslim no. 2543).
Yang dimaksud oleh Rasulullah dengan hak perjanjian, hubungan rahim atau hubungan pernikahan yang dimiliki orang-orang Mesir adalah, karena Hajar, ibu Ismail, berasal dari kalangan mereka dan Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam adalah salah seorang keturunannya.
Versi Taurat
Kisah ini tertulis dalam Taurat dalam Ishah 12 Safar Takwin. Nashnya adalah, "Dan terjadilah kelaparan di bumi, maka Abram turun ke Mesir untuk mengasingkan diri di sana karena kelaparan di bumi sangat keras. Ketika dia hampir masuk Mesir, dia berkata kepada isterinya, Saray, 'Sesungguhnya aku mengetahui bahwa kamu adalah seorang wanita cantik. Jika orang-orang Mesir melihatmu mereka mengatakan, 'Inilah istri Abram', lalu membunuhku dan membiarkanmu. Katakanlah kepada mereka bahwa kamu adalah saudara perempuanku, agar aku mendapatkan kebaikan karenamu dan diriku tetap hidup demi dirimu’."
Maka, ketika Abram masuk Mesir dan orang-orang Mesir melihat isterinya sangat cantik. Para pembesar Fir'aun melihatnya dan menyanjungnya di hadapan Fir'aun. Maka wanita itu dibawa ke rumah Fir'aun, dan Fir'aun melakukan kebaikan kepada Abram karenanya. Abram diberi kambing, sapi, keledai, hamba sahaya laki-laki dan perempuan, keledai betina dan unta. Lalu Allah menggoncang Fir'aun dan rumahnya dengan beberapa goncangan yang dahsyat disebabkan Saray, istri Abram. Fir'aun mengundang Abram dan berkata, "Apa yang kamu lakukan kepadaku? Mengapa kamu tidak berterus terang bahwa wanita ini adalah isterimu? Mengapa kamu mengatakan dia adalah saudara perempuanmu? Karenanya aku ingin memperisterinya. Sekarang, ambil kembali isterimu ini dan pergilah." Lalu Fir'aun memerintahkan orang-orangnya untuk mengantar Abram dan isterinya beserta seluruh harta yang dimilikinya.
Terulis dalam Ishah 20 dalam Safar Takwin, bahwa raja lalim lainnya dari Palestina mengganggu Sarah, dan dia melepaskannya tanpa mampu menyentuhnya setelah malaikat mengancamnya dalam mimpinya. Disebutkan pula bahwa Ibrahim memberitahu malaikat kalau Sarah adalah saudara perempuan bapaknya.
Dalam Ishah 20 tertulis, "Dan Ibrahim berpindah dari sana ke bumi selatan dan tinggal di antara Qadisy dan Syur. Dia mengasingkan diri di Jarrar. Ibrahim berkata tentang isterinya, Sarah, 'Dia adalah saudara perempuanku'." Maka raja Jarrar, yakni Abu Malik, mengambil Sarah. Lalu Allah datang kepada Abu Malik dalam mimpinya di malam hari. Dia berfirman kepadanya, "Kamu pasti mati disebabkan oleh wanita yang kamu ambil, karena dia itu bersuami." Hanya saja waktu itu Abu Malik belum menyentuhnya. Dia berkata, "Wahai Tuhanku, engkau membunuh pemimpin yang baik. Bukankah dia sendiri yang berkata bahwa dia adalah saudara perempuannya dan wanita ini juga mengakui dirinya sebagai saudaranya? Dengan niat baik lagi mulia aku melakukan ini."
Allah berfirman kepadanya dalam mimpinya, "Aku juga mengetahui bahwa kamu melakukan ini dengan niat baik. Aku mencegahmu agar kamu tidak melakukan kesalahan kepadaku. Oleh karena itu, Aku tidak membiarkanmu menyentuhnya. Sekarang, pulangkan wanita ini kepada suaminya karena dia seorang Nabi. Dia berdoa untukmu, maka kamu tetap hidup. Jika kamu tidak mengembalikannya, maka ketahuilah bahwa kamu mati, begitu pula segala yang kamu miliki."
Pagi harinya, Abu Malik mengumpulkan seluruh hamba sahayanya dan menyampaikan ucapan itu kepada mereka. Orang-orang sangat ketakutan. Kemudian Abu Malik memanggil Ibrahim dan berkata kepadanya, "Apa yang kamu lakukan kepada kami? Apa salahku kepadamu sehingga kamu mendatangkan kepadaku dan kepada kerajaanku kesalahan besar ini? Perbuatan-perbuatan yang tidak semestinya dilakukan tetapi kamu melakukannya kepadaku." Abu Malik berkata kepada Ibrahim, "Apa yang kamu lihat sehingga kamu melakukan hal ini?" Ibrahim berkata, "Sesungguhnya aku berkata bahwa di tempat ini tidak ada rasa takut kepada Allah sama sekali, maka mereka membunuhku karena isteriku. Sebenarnya dia juga saudara perempuanku anak perempuan bapakku. Hanya saja dia bukan anak perempuan ibuku, maka dia menjadi isteriku. Dan ketika Allah memberikannya kepadaku dari rumah bapakku, aku berkata kepadanya, "ini adalah kebaikanmu yang kamu lakukan untukku. Di setiap yang kita datangi katakanlah bahwa aku adalah saudara laki-lakimu."
Maka Abu Malik mengambil sapi, kambing, hamba sahaya laki-laki dan perempuan dan memberikannya kepada Ibrahim sekaligus mengembalikan Sarah kepadanya. Abu Malik berkata, "Inilah negeriku di hadapanmu, tinggallah di mana pun yang menurutmu baik." Dia berkata kepada Sarah, "Aku telah memberi kepada saudara laki-lakimu seribu dirham. Ini untukmu sebagai suatu pemberian dari segala arah apa yang ada di sisimu dan di sisi setiap orang lalu kamu berbuat adil." Lalu Ibrahim shalat kepada Allah, maka Allah menyembuhkan Abu Malik, istrinya dan para hamba sahayanya, dan mereka melahirkannya karena Tuhan telah menutup semua rahim di rumah Abu Malik disebabkan oleh Sarah, istri Ibrahim.
Komentar menyangkut versi Taurat
Apa yang tertulis dalam Taurat sesuai dengan isyarat hadis, bahwa kisah ini terjadi di bumi Mesir, dan kami tidak tahu apakah kedatangan Ibrahim bersama Sarah ke sana karena kelaparan atau karena berdakwah karena Allah.
Adapun ucapan Ibrahim kepada Sarah, "Kamu adalah wanita cantik…", ini mirip dengan apa yang disinggung oleh hadis.
Hadis tidak menyinggung bahwa kisah ini terjadi pada masa Fir'aun. Fir'aun menguasai Mesir sepanjang rentang waktu tertentu, tidak pada semua masa. Dan apa yang disebutkan oleh Taurat bahwa Fir'aun memberikan kekayaan besar kepada Ibrahim berupa domba, sapi, keledai, hamba sahaya laki-laki dan wanita, keledai betina dan unta, ini tidaklah benar. Karena setelah raja tersebut meminta Sarah dan Ibrahim mengirimnya, Ibrahim melakukan shalat. Ibrahim hanya mendapatkan Hajar sebagai pemberian raja kepada Sarah. Seandainya raja memberi Ibrahim kekayaan seperti disebutkan di atas, niscaya wahyu yang diberikan kepada Nabi Shallallahu Alahi wa Sallam akan menyinggungnya dalam hadis ini. Padahal, hadis hanya menyebutkan apa yang lebih sedikit dari itu, yaitu hadiah Hajar untuk Sarah.
Apa yang disebutkan dalam Taurat bahwa Allah menggoncang Fir'aun dan rumahnya dengan keras disebabkan oleh Sarah; bahwa Fir'aun mengundang Ibrahim untuk menyalahkannya karena pengakuan Ibrahim tentang Sarah sebagai saudara perempuannya; dan bahwa Fir'aun menginginkan Sarah untuk diperistri, semua itu tidaklah benar. Hadis yang Allah wahyukan kepada Rasul-Nya telah memberitahukan kepada kita bahwa apa yang terjadi pada raja lalim adalah, bahwa dia tercekik beberapa kali. Dan bahwa raja itu tidak mengundang Ibrahim setelahnya dan tidak menyalahkannya, akan tetapi dia memerintahkan untuk mengusir Ibrahim dan istrinya dari buminya dan tidak mengirim seorang pun untuk melepas dan mengantarkannya.
Allah lebih mengetahui kebenaran tentang kisah kedua. Kalaupun itu benar-benar terjadi, maka kisah tersebut mengandung kedustaan yang tidak samara. Ia adalah penyelewengan yang terjadi pada kitab ini. Orang-orang yang menyelewengkan kitab ini mengklaim melalui ucapan Ibrahim bahwa Sarah adalah saudara perempuannya dari bapaknya. Mustahil Ibrahim menikah dengan saudara perempuannya. Kedustaan ini dibantah banyak hadis yang menyatakan bahwa Ibrahim takut terhadap akibat dari tiga kedustaannya pada hari kiamat, yang salah satunya adalah ucapannya ketika raja lalim tersebut bahwa Sarah adalah saudara perempuannya. Ini sangatlah jelas bahwa Sarah bukan saudara perempuan Ibrahim dari nasab. Akan tetapi, maksudnya adalah saudara perempuannya dalam Islam, sebagaimana hal itu dinyatakan secara nyata di dalam beberapa hadis.
Pelajaran-Pelajaran dan Faedah-Faedah Hadis
1. Terjaganya istri-istri para nabi dan rasul. Orang-orang zalim lagi lalim tidak akan mampu mengobok-obok kehormatan mereka, seperti yang terjadi pada raja durhaka ini manakala dia hendak melakukan hal buruk keapda istri Ibrahim, maka Allah menjaga dan menyelematkannya dari niat busuk tersebut.
2. Hendaknya seorang mukmin berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala manakala menghadapi ujian dan kesulitan. Ibrahim berlindung kepada Allah melalui shalat ketika dia mengantarkan istrinya kepada raja lalim tersebut; dan Sarah sendiri juga berdoa dan bermunajat kepada Allah, maka Dia menjaganya.
3. Kemampuan Allah yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi untuk menjaga para nabi dan para wali-Nya, serta menolong mereka dengan menangkis makar musuh-musuh.
4. Kadangkala seorang muslim dipaksa untuk tunduk kepada angin ribut. Ibrahim berkata bahwa Sarah adalah saudara perempuannya. Ibrahim tidak mampu menolak untuk mengirimnya kepada raja durhaka itu. Sarah pergi kepadanya dan berada di satu tempat bersamanya tanpa orang ketiga, akan tetapi Allah menjaga dan melindunginya. Orang-orang yang menolak tunduk kepada angin ribut adalah orang-orang yang kurang memahami agama Allah. Seseorang tidak akan selalu mampu maju terus meniti jalannya dengan sempurna. Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam dan para shahabat sesudahnya serta orang-orang yang berjalan di atas jalan mereka membuat perjanjian damai dalam peperangan, dan kadangkala mereka rela dengan kesepakatan yang sangat berat sebelah. Sesuatu yang di luar batas kemampuan harus diserahkan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
5. Boleh menerima hadiah dari orang zalim bahkan kafir. Sarah menerima hadiah dari raja lalim itu ketika dia memberinya Hajar, dan Ibrahim menyetujui istrinya menerima hadiah itu.
6. Wudhu telah disyariatkan kepada umat sebelum kita. Ketika raja durhaka itu hendak menyentuk Sarah, Sarah berdiri untuk berwudhu dan shalat, dan sepertinya wudhunya berbeda dari wudhu kita, karena bagaimana caranya dia berwudhu manakala raja durhaka itu bangkit kepadanya. Bisa jadi wudhunya hanyalah dengan mengusap wajah dan tangan, atau mirip dengan tayamum seperti kita. Maksud shalat di sini adalah doa.
7. Dalam syariat Ibrahim diperbolehkan bertanya dengan isyarat dalam shalat tentang sesuatu yang ingin diketahui. Ibrahim memberi isyarat kepada Sarah setelah dia kembali sementara dia shalat, yakni isyarat dengan tangannya untuk mengetahui apa yang terjadi dengannya.
8. Boleh berbincang tentang nikmat pemberian Allah kepada hamba-Nya. Sarah memberitahu suaminya dengan karunia Allah ketika menolak makar si kafir dan memberinya pelayan, Hajar kepadanya.
9. Pernyataan Abu Hurairah bahwa Hajar adalah ibu dari orang-orang yang diajaknya berbicara dan dia m dan dia meriwayatkan hadis kepada mereka.
Sumber: diadaptasi dari DR. Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar, Shahih Qashashin Nabawi, atau Ensklopedia Kisah Shahih Sepanjang Masa, terj. Izzudin Karimi, Lc. (Pustaka Yassir, 2008), hlm. 72-83.

Selengkapnya...

Rabu, 22 April 2009

Dahsyatnya Proses Sakrotul Maut ( 2 )

Sakaratul Maut Orang-orang Zhalim

Imam Ghozali mengutip sebuah riwayat yang menceritakan tentang keinginan Ibrahim as untuk melihat wajah Malaikatul Maut ketika mencabut nyawa orang zhalim. Allah SWT pun memperlihatkan gambaran perupaan Malaikatul Maut sebagai seorang pria besar berkulit legam, rambut berdiri, berbau busuk, memiliki dua mata, satu didepan satu dibelakang, mengenakan pakaian serba hitam, sangat menakutkan, dari mulutnya keluar jilatan api, ketika melihatnya Ibrahim as pun pingsan tak sadarkan diri. Setelah sadar Ibrahim as pun berkata bahwa dengan memandang wajah Malaikatul Maut rasanya sudah cukup bagi seorang pelaku kejahatan untuk menerima ganjaran hukuman kejahatannya, padahal hukuman akhirat Allah jauh lebih dahsyat dari itu.

Kisah ini menggambarkan bahwa melihat wajah Malakatul Maut saja sudah menakutkan apalagi ketika sang Malaikat mulai menyentuh tubuh kita, menarik paksa roh dari tubuh kita, kemudian mulai menghentak-hentak tubuh kita agar roh (yang masih cinta dunia dan enggan meninggalkan dunia) lepas dari tubuh kita ibarat melepas akar serabut-serabut baja yang tertanam sangat dalam di tanah yang terbuat dari timah keras.

Itulah wajah Malaikatul Maut yang akan mendatangi kita kelak dan memisahkan roh dari tubuh kita. Itulah wajah yang seandainya kita melihatnya dalam mimpi sekalipun maka kita tidak akan pernah lagi bisa tertawa dan merasakan kegembiraan sepanjang sisa hidup kita.

Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratulmaut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu”. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. (QS Al-An’am 6:93)

(Yaitu) orang-orang yang dimatikan oleh para malaikat dalam keadaan berbuat lalim kepada diri mereka sendiri, lalu mereka menyerah diri (sambil berkata); “Kami sekali-kali tidak mengerjakan sesuatu kejahatan pun”. (Malaikat menjawab): “Ada, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan”. Maka masukilah pintu-pintu neraka Jahanam, kamu kekal di dalamnya. Maka amat buruklah tempat orang-orang yang menyombongkan diri itu. (QS, An-Nahl, 16 : 28-29)

Di akhir sakaratul maut, seorang manusia akan diperlihatkan padanya wajah dua Malaikat Pencatat Amal. Kepada orang zhalim, si malaikat akan berkata, “Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik, engkaulah yang membuat kami terpaksa hadir kami ke tengah-tengah perbuatan kejimu, dan membuat kami hadir menyaksikan perbuatan burukmu, memaksa kami mendengar ucapan-ucapan burukmu. Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik ! “ Ketika itulah orang yang sekarat itu menatap lesu ke arah kedua malaikat itu.

Ketika sakaratul maut hampir selesai, dimana tenaga mereka telah hilang dan roh mulai merayap keluar dari jasad mereka, maka tibalah saatnya Malaikatul Maut mengabarkan padanya rumahnya kelak di akhirat. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Tak seorangpun diantara kalian yang akan meninggalkan dunia ini kecuali telah diberikan tempat kembalinya dan diperlihatkan padanya tempatnya di surga atau di neraka”.

Dan inilah ucapan malaikat ketika menunjukkan rumah akhirat seorang zhalim di neraka, “Wahai musuh Allah, itulah rumahmu kelak, bersiaplah engkau merasakan siksa neraka”. Naudzu bila min dzalik!

Sakaratul Maut Orang-orang Yang Bertaqwa

Sebaliknya Imam Ghozali mengatakan bahwa orang beriman akan melihat rupa Malaikatul Maut sebagai pemuda tampan, berpakaian indah dan menyebarkan wangi yang sangat harum.

Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: “Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?” Mereka menjawab: “(Allah telah menurunkan) kebaikan”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa, (yaitu) surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala apa yang mereka kehendaki. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): “Assalamu alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan”. (QS, An-Nahl, 16 : 30-31-32)

Dan saat terakhir sakaratul mautnya, malaikatpun akan menunjukkan surga yang akan menjadi rumahnya kelak di akhirat, dan berkata padanya, “Bergembiaralah, wahai sahabat Allah, itulah rumahmu kelak, bergembiralah dalam masa-masa menunggumu”.

Wallahu a’lam bish-shawab.

Semoga kita yang masih hidup dapat selalu dikaruniai hidayah-Nya, berada dalam jalan yang benar, selalu istiqomah dalam keimanan, dan termasuk umat yang dimudahkan-Nya, selama hidup di dunia, di akhir hidup, ketika sakaratul maut, di alam barzakh, di Padang Mahsyar, di jembatan jembatan Sirath-al mustaqim, dan seterusnya.

Allahumma Amin.

Selengkapnya...

Kamis, 16 April 2009

AMANAH PEMUDA

"Kalu sekiranya kami turunkan Al-Quran Ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. dan perumpamaan-perumpamaan itu kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir". ( Al Hasr : 21 )

Sosok pemuda menurut nabi yang diriwayatkan oleh As Syaikhan, adalah :
1. Gelora Pemuda adalah romantisme perjuangan
2. Sesungguhnya golongan pemuda pada setiap zaman dan waktu, disetiap lokasi dan putaran sejarah adalah merupakan pilar – pilkar umat Islam, penggerak kebangkitannya, penegak kemuliaan hidup, dan pemancang ketinggian budaya.

KEPRIBADIAN PEMUDA DA’I
1. Mengetahui, menyadarai, dan kemudian mencanangkan suatu hakikat tujuan hidup
" Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepadaKu" . ( Adz Dzariyat : 56 )

2. Seorang yang akan terjun di medan dakwah harus mempelajari kondisi dunia yang sedang terjadi.

3. Seorang dai akan menhadapi berbagai tantangan yang seoalah tiada habisnya.
brahim berkata: "Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat".

4. Acuanya adalah teladan para sahabat, dan tokoh – tokoh sejarah

" Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar". ( At taubah :100 )
Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang Telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak merobah (janjinya)

5. Seorang dai harus mengetahui tugas suci ini
Dan demikian (pula) kami Telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihanagar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. dan kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang Telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.

6. Memiliki keahlian persuasif


7. Memperdalam aqidah qodho dan qodar.
Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang Telah ditentukan waktunya. barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.

Selengkapnya...